Menumbuhkan Rasa Sukur Pada Anak


Menumbuhkan Rasa Sukur Pada Anak
Rasa syukur dalam diri anak tidak dating dengan sendirinya. Karena itu perlu dipupuk sejak dini. Mengajarkan sikap bersyukur pada anak memang gampang-gampang susah. Nah, bagaimana caranya?

Sikap bersyukur ini sangat penting diajarkan sejak usia dini karena akan mempengaruhi kesehatan, kebahagiaan, dan rasa optimistis sang buah hati dalam memandang kehidupan. Jika aak bahagia, pastilah orangtuanya juga akan turut bahagia. Namun, semudah itukah mendidik anak untuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki?

Rasa syukur adalah salah satu konsep paling sulit yang harus diajarkan pada balita dan anak prasekolah, yang biasanya secara alami berlaku egois. Namun, sifat ini adalah salah satu hal yang paling penting. Tentu anak-anak yang selalu bersyukur dan berterimakasih akan bertindak sopan dan menyenangkan saat berada di lingkungan sekitar, tetapi ada suatu tujuan yang lebih dari itu.

“Dengan belajar bersyukur mereka menjadi peka terhadap perasaan orang lain, mengembangkan rasa empati dan keterampilan hidup lainnya di sepanjang jalan hidupnya,” kata Barbara Lewis, penulis buku What Do You Stand For? For Kids. Anak yang selalu bersyukur, menurut dia, melihat seseorang dari sisi yang  berbeda.

Selain itu, memahami bahwa orang tua mereka dan orang lain melakukan sesuatu untuk mereka, misalnya menyiapkan makan malam, memeluk atau membelikan mainan. “Disisi lain, anak-anak yang tidak diajarka bersyukur, akhirnya selalu merasa berhak dan tersu menerus kecewa,” kala Lewis seperti di kutip dari laman Parents.

Sikap bersyukur  yang ditanamkan sejak dini akan bermanfaat bagi anak pada kemudian hari. Sebuah studi pada 2003 di University of California di Davis, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa orang yang selalu bersyukur memiliki tingkat kebahagiaan dan optimistis yang lebih tinggi, bersamaan dengan rendahnya kadar depresi dan stress.

“Tidak ada seorang pun yang dilahirkan telah mempunyai rasa terima kasih,” kata pelatih kehidupan Mary Jane Ryan, penulis buku Attitudes of Gratitude. “Menyadari bahwa seseorang telah keluar jauh dari jalan pikiran Anda adalah bukan perilaku alami pada anak-anak. Itu musti  dipelajari, “sebutnya. Adapun balita sesuai definisinya memang benar-benar egosentris.

“Namun, anak-anak yang telah berumur 15 sampai 18 bulan bisa mulai memahami konsep-konsep yang mengarah pada rasa syukur,” kata Lewis. “Mereka mulai mengerti bahwa mereka sangat bergantung (pada orang lain) bahwa ayah dan ibu melakukan suatu hal untuk mereka, “ lanjutnya.

Dengan kata lain, balita memahami bahwa mereka adalah manusia yang terpisah dari orangtua mereka, dan bahwa ayah dan ibu sering sering melakukan tindakan untuk membuat mereka bahagia (dari bermain cilukba sampai membagikan kue).

Bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkannya? Harap dicatat jika anak-anak meniru tingkah laku orangtua mereka dalam segala hal. Jadi, pastikan Anda menggunakan “tolong” dan “terimakasih” ketika Anda berbicara dengan mereka. Minta dia juga untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Setelah itu, pasti perilaku baik dan rasa syukur akan saling berkejaran.


Sumber: Wartakota

Posting Komentar

1 Komentar

  1. artikel bagus sangat bermanfaat. saya juga ingin berbagi informasi yang lain, silahkan dikunjungin : TIPS WISUDAWAN TERBAIK UNAIR NEWS

    BalasHapus