Penerapan Disiplin Yang Baik Pada Anak

penerapan disiplin pada anak
Apa yang terlintas oleh orangtua apabila mendengar kata mendisplinkan anak. Pasti yang terlintas adalah persoalan hukuman. Padahal dari asal katanya saja, disiplin sangat jauh berbeda dari persangkaan kebanyakan orang.

Disiplin berasal dari bahasa latin, asal katanya Discipulus yang artinya adalah pemuridan atau cara kita memberi contoh. Nah kalau berbicara pemuridan, maka disiplin sebenarnya adalah bagaimana kita melatih pikiran dan karakter anak secara bertahap. Sehingga menjadi anak yang memiliki kontrol diri, bisa bersosialisasi, dengan di tandai dia bisa di terima oleh lingkungannya.

Untuk sampai pada tujuan tersebut, justru bukan dengan hukuman. Hukuman adalah jalan terakhir agar anak memiliki control diri yang baik. Bukan nomor satu! Sehingga bila demikian menjadikan disiplin sebagai praktek yang menyeramkan.


Ada dua jenis disiplin, yaitu yang membangun harga diri, dan yang kedua disiplin yang di gunakan untuk merusak diri, atau dengan kata lain menggunakan rasa bersalah anak agar menjadi lebih baik lagi. Contohnya adalah apabila anak melakukan kesalahan, di tegaskan seperti ini; “ Tuh kan salah, seharusnya kamu tidak boleh begitu, kamu tahu ngga bila kamu melakukan itu, orang lain pasti terluka, memangnya kamu mau di gituin juga sama orangdan sebagainya?” tentunya anak akan merasa bersalah dalam hal ini. Apakah itu bagus?

Dalam kadar yang sedikit, perlakuan seperti itu masih boleh. Tetapi jika terlalu banyak, tentu akan sangat buruk sekali. Karena harga diri anak bisa rusak, dan dia akan merasa sebagai orang yang tidak berguna, buktinya saya selalu salah, selalu disalahkan, mendingan ngga usah ngapa-ngapain. Sehingga dia tumbuh menjadi seseorang yang tidak punya inisiatif dalam hidupnya. Kasihan ya.. Makanya jangan pakai cara ini untuk mendisiplinkan anak.

Penerapan disiplin yang negatif kepada anak seperti di atas sudah pasti akan berdampak sangat besar untuk perkembangannya. Dampak yang paling sering muncul adalah perasaan bersalah, yang menyebabkan potensi seorang anak tidak maksimal.  Dan perasaan yang bersalah itu, bisa menyebabkan seseorang menderita gangguan pencernaan, penyakit maag salah satunya.

Dampak berikutnya adalah kecenderungan untuk menghukum diri sendiri, atau yang biasa di sebut dengan self sabotase, dimana pada saat orang tersebut ingin melakukan sesuatu dan kemudian hampir berhasil “ah udah ah ngga usah diterusin, gak usah ribet-ribet, cape dsb”. Begitu terus akhirnya batal lagi, terus di ulangi lagi.

Kemudian anak tidak akan merasa di cintai, akibat dari penerapan disiplin negatif, sehingga menganggap orantuanya sebagai orang yang jahat. Lalu pertumbuhannya membutuhkan pengakuan dan perhatian yang berlebihan dari orang lain.  Sehingga anak menjadi pemarah, gampang tersinggung agar orang lain bisa memberikan pengakuan.

Dampak selanjutnya adalah kemampuan sosialisasi yang jelek sekali, anak menjadi minder dan menutup diri dari pergaulan sosial. Muncul perasaan diri tidak berharga, inilah yang sangat buruk sekali, menyebabkan anak enggan mencapai sesuatu dalam hidupnya. Menjadi orang yang hanya bisa berhayal saja, tanpa berani untuk mewujudkan, karena dia merasa tidak layak untuk mendapatkan itu semua.

Bagaimana pendidikan disiplin seharusnya di berikan kepada anak, tanpa melukai harga diri anak, atau dengan kata lain justru membangun harga dirinya:
1.      
    Meminta kepada anak
Mintalah anak untuk melakukan sesuatu, apabila dia tidak mau, orangtua hanya terus memintanya saja. Misalnya; “papa minta kamu tidur siang, nanti papa putarkan musik agar kamu bisa tidur siang”. Sampai akhirnya dia terbiasa dengan kebiasaan yang kita buat.

2.   Melakukan Penjelasan
Berikan penjelasan yang benar dan tepat, bukan ancaman atau yang membingungkan anak. Misalnya; “kamu harus gosok gigi, karena kalau tidak pasti banyak kuman di mulutmu”

3.   Memberikan Instruksi Langsung
Biasanya hal ini dilakukan apabila anak di rasa melakukan sesuatu yang berbahaya untuk dia, kita bisa memberinya instruksi langsung, dan memerintah dia. Tentunya dengan tetap menjaga harga diri anak dengan komunikasi yang baik.

4.   Memberikan Pengalaman Kita Kepada Anak
Berikan gambaran apabila dia tidak mau menggosok gigi misalnya, giginya akan berlubang dan sakit gigi yang sangat tidak enak sekali, seperti yang di alami oleh sepupunya atau siapa saja.

5.   Memberikan Sebuah Hadiah
Perlu di ingat yang kita berikan hadiah bukanlah prestasinya, tapi usahanya sehingga dia mendapatkan prestasi tersebut.

6.   Hukuman
Hukuman yang kita berikan bukan semata-mata untuk memuaskan emosi kita. Hukuman diberikan agar dia merenung dan introspeksi akan kesalahannya.  Hukuman harus konstruktif, misalnya saja dengan menuliskan di satu lembar kertas bahwa tidak akan mengulangi kembali kesalahannya.

Kesimpulannya disiplin harus di jalankan tanpa menjatuhkan anak, karena sesungguhnya apapun yang dilakukan anak pasti prilaku tersebut pernah dilakukan orangtuanya (sadar ataupun tidak). Karena arti kata disiplin sendiri adalah memberi contoh. Jadi jangan melarang anak melakukan sesuatu, kalau hal tersebut masih kita lakukan, sudah pasti dia tidak akan mendengarnya. Dengan penerapan disiplin yang baik, generasi bangsa ini tentunya bisa lebih berkualitas.   



Posting Komentar

0 Komentar